Wednesday, 7 October 2015

Sedekah Gratis

Bagus ni baca dulu ya dilansir dari YusufMansur.com

Ada yang tau ga kalo dhuha itu utang kita ke Allah? Utang 2 rokaat sehari. Yang kalo ga dibayar, maka numpuk.

Loh loh, kan sunnah?

Betul dhuha emang sunnah. Tapi sunnah muakkadah. Sunnah yang teramat penting. Yang kalo ditinggal, ya ada juga “risiko”-nya. Sunnah muakkadah kalo ditinggal dalam waktu yang lama, tidak dijalankan dalam waktu yang lama, sangat negatif ke kualitas kehidupan dan rizki.

Gini ya, kenapa saya sebut sebagai utang. Dalam 1 hari, sejak awal pagi, sampe pagi lagi, kita itu sesungguhnya kudu sedekah tanpa putus. Tiap sendi kita dituntut sedekahnya. Kudu bayar. Ya iya lah. Untuk oksigen tambahan aja, kita kudu bayar. Mahal banget. Kalo anfal. Nah, apalagi oksigen yang kita hirup, free 24 jam. Ternyata ga benar kan free itu. Kudu bayar. Dituntut sedekahnya. Belom lagi mata, dan lain-lain.

Pokoknya kudu bayar. Dan ga bakalan kebayar. Siapa juga yang mampu bayar semua rizki dan nikmat Allah? Sistem pernafasan yang komplit, sistem pencernaan, sistem penglihatan, pendengaran, dan semua tubuh kita adalah keajaiban-Nya. Ini semua Allah adakan sedekah atasnya.

Kitanya aja yang merasa free-free aja. Bebas-bebas aja. Ga ada tanggung jawab, ga ada beban, ga ada kewajiban. Padahal ga gitu. Nyatanya tidak sedikit nikmat yang Allah kurangi, bahkan Allah cabut. Sebab di antaranya kitanya ga atau kurang bersyukur.

Terus persoalannya, kalau bayar, dari pagi sampe pagi, atas semua rizki yang Allah kasih, harus bayar berapa? Ga ada yang sanggup bayar. Dan Allah maklum itu. Ga bakalan ada yang bisa bayar atas semua rizki dan nikmat-Nya. Karena itu Allah cukupkan bayarannya dengan dhuha…

Allah cukupkan kewajiban kita bayar kepada Allah, dengan dhuha 2 rokaat di pagi hari. Subhaanallaah, baik ya? Tukerannya Maha Ringan. Ya. Harusnya Maha Ringan. Ga ada bandingannya 2 rokaat dengan kewajiban bayar 1 hari POL rizki dan nikmat Allah. Mestinya.

Dan itu sekaligus memberi pemahaman kepada kita, betapa besarnya dhuha itu. Nilainya sebanding dengan seluruh bayaran Allah atas makhluk-Nya. Begitulah. Dhuha 2 rokaat, menjadi bayaran kita kepada Allah.

Allah mencukupkan diri-Nya “dibayar” oleh kita, dengan tambahan dhuha 2 rokaat di pagi hari. Luar biasa. Tentunya, itu kalau syarat minimal, dipenuhi dan terpenuhi juga. Yakni soal shalat 5 waktunya. Tertib, bagus, tepat waktu, jamaah, di masjid. Artinya, kalau dhuhanya cakep, terus shalat fardhunya ga cakep, ya tentu “bayaran” itu akan kurang juga. Dan akan ada yang diambil oleh Allah.

Hitung tuh hutang dhuha situ pada. 1 tahun tidak dhuha, hutangnya 365 hari dikali 2 rokaat. Lah, kalau dari belia ga dhuha? Hitung udah tuh… Berapa hutang kita… Ntar saya sekalian kasih solusinya buat ngebayar itu hutang.

Seorang pengusaha tekstil cerita, bahwa tabungan 3 tahunnya hilang sekejap. Kepengen sekali dia diskusi, apa dan bagaimana. Mula-mula saya atas izin Allah, tanya soal-soal yang wajib. Sahabat ini menjawab, yang wajib insyaAllah dikerjakan. Meski bolang bolong dan berantakan.

Dari soal yang wajibnya berantakan saja, saya udah ngasih sedikit catatan… Soalan kedua, setelah nanya yang wajibnya pegimana, adalah gimana soal larangan Allah? Apakah ada yang dilanggar? Beliau bilang ga ada.

Okeh, kalau ga ada, mulailah masuk soalan ketiga… Soalan ibadah sunnah. Gimana dengan ibadah-ibadah sunnah?

Beliau sedih, hidupnya sejak jadi pedagang, jauh dan sepi dari ibadah-ibadah sunnah. Termasuk dhuha. Dagangnya ga masalah. Namun jika perdagangan jadi melalaikan kita dari ibadah yang wajib, juga yang sunnah, maka ini jadi masalah. Mestinya dagang jadi ibadah, karena melalaikan yang wajib dan yang sunnah, maka ga bisa lagi dagang disebut ibadah.

Ok, kita lompat langsung ke pembahasan tentang dhuha ya. Ketika dia bilang, ga lagi dhuha, untuk jangka waktu panjang, saya jelaskanlah, bahwa dhuha itu hutang kita kepada Allah. Saban hari hutangnya 2 rokaat.

Saya katakan kepada beliau, hutang itu kan adakalanya ditagih harian, mingguan, bulanan, tahunan, dan ada juga yang sekaligus diambilnya. Pengusaha ini mengerti. Dia meninggalkan dhuha begitu lama. Dhuha itu berarti rizki. Maka rizki itulah yang kini diambil kembali.

Logika kebalikannya adalah, bila pengen kembali rizki, kembali saja melakukan dhuha… 3 tahun dia nabung, tabungannya “ditarik” lagi. Bingung ya? Masa sih? Ya begitu dah. Sampe ketemu ya.

Wot uu gev tu Allah, Allah wil pey yu bek beter den
yu gev to HIM. Giv HIM yur bes taim, yur best mani, yur best effort…


0 komentar

Post a Comment